“Cinta bukan menjadi alasan utama lagi bagi sebuah acara pernikahan.” “Aku menikahimu karena kau telah memberiku sebuah janji, janji yang memperbaiki kesalahan-kesalahanmu dan kesalahan-kesalahanku. Dua orang yang tidak sempurna menikah dan janji itulah yang menciptakan pernikahan.
Ketika anak kita bertumbuh, bukanlah rumah yang menjaga mereka. Bukan pula cinta kita. JANJI itulah yang melindungi mereka.” (Thornton Wilder)
Bagaimana menurut Anda?
Bagaimana “kekuatan&ketahanan” sebuah janji dalam proses berjalan sebuah pernikahan?
Apakah fenomena bahagia di beberapa tahun awal pernikahan saja kemudian setelah anak-anak lahir segala sesuatunya berubah? Suami mulai menarik diri dan menghabiskan banyak waktu bersama teman atau lebih sibuk di tempat kerja? Perhatian dan kualitas waktu untuk istri, anak dan keluarga makin memurun?
Kemudian mulai muncul banyak pertanyaan dari dalam hati sang istri “Apakah kita menghabiskan cukup waktu untuk bersama hari ini? Apakah kita punya obrolan yang bermakna? Apakah kita merasa terhubung? atau apakah kita merasa didengar, dicintai, dimengerti? Apakah kamu masih mencintaiku? Apakah aku masih cantik? Kenapa kita tak pernah berjalan-jalan bersama lagi? Kenapa kita tidak berbicara lagi?”
Bisa dibayangkan dan dirasakan bagaimana “suasana hati” sang istri saat memiliki pertanyaan-pertanyaan seperti diatas?
Wanita bisa berhenti mencoba untuk memperbaiki hubungan setelah bertahun-tahun berusaha menembus jiwa suaminya. Hampir di titik lebih baik menyerah daripada berusaha. Dia berpikir telah mencoba segala hal namun tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk memperbaharui cinta dihatinya dan perhatian kembali dari suaminya.
Malang-nya sang Suami yang baru menyadari akan nyaris kehilangan istrinya bagai kapten kapal yang baru menyadari bahwa kapalnya akan karam ketika kaki nya mulai terasa basah.
Sang suami akan kaget setelah mengetahui betapa tidak bahagianya istri mereka selama ini.
Hampir kebanyakan suami gagal memahami bahwa pertanyaan-pertanyaan istri seperti diatas sebagai bentuk permintaan akan perhatian. Suami cenderung menganggap sepele dan tidak penting, karena bagi mereka bekerja keras adalah cara menunjukan cintanya.
Kesempurnaan sebuah cinta dalam hubungan keluarga salah satunya adalah kerja keras, namun ada hal lain yang dibutuhkan dan lebih utama.
Jadi bukan “menyalahkan” kerja kerasnya namun harus berusaha lebih cerdas untuk memahami dan mengerti akan pentingnya sebuah perhatian yang akan makin menyempurnakan kerja keras Anda sang Suami.
Apa cerita Anda? Mengapa Anda menikah? Anda sekarang yang telah menikah atau akan menikah bagaimana Anda melakukannya dan mengharapkan kebahagiaan dari komitmen seumur hidup ini.