Forgiveness Counseling

by -612 views

▶️ FORGIVENESS Counseling

Berbuat salah dalam kehidupan bukanlah hal yang tidak mungkin. Saling melukai atau mengkhianati pun sudah pasti terjadi.
Sebuah kesalahan baik yang besar maupun yang kecil tentu saja akan menciptakan luka dalam diri seseorang.
Ada yang dengan mudah bisa melupakan dan ada pula yang menjadi depresi.

Memaafkan memang nampak mudah diucapkan, namun sangat sulit dilakukan.
Yuk pahami dan kenali lebih dekat bagaimana memaafkan…
Memaafkan melibatkan 3 elemen yang harus secara keseluruhan dilakukan dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Apakah 3 elemen tersebut yakni
✔Pikiran
✔Perasaan
✔Tindakan tertentu

Seseorang yang mengatakan memaafkan namun ia hanya melakukan dalam pikiran, dan perasaan nya masih belum bisa mengikhlaskan, yang terbukti dengan tindakannya tidak mencerminkan makna memaafkan. Hal ini bukanlah memaafkan, karena 3 elemen tersebut tidak dapat di penuhi secara keseluruhan.

Mengapa sudah memaafkan namun masih merasa sakit hati ?

Kita hanya memaafkan sebatas pada level kognisi (level pikiran sadar) karena kita sadar perlu memaafkan sehingga kurang efektif, seharusnya dilakukan pada level afeksi (level pikiran bawah sadar) dan hal ini sejujurnya agak sulit dilakukan sendiri karena membutuhkan pendampingan dari seorang professional yang bisa mengarahkan dalam menjalani proses Forgiveness Theraphy ini.

Beberapa pengertian yang harus dipahami mengenai memaafkan…

“Memaafkan BERBEDA dengan Melupakan.”

Memaafkan bukanlah untuk melupakan peristiwa
Memaafkan adalah saat seseorang tetap mengingat peristiwa yang dialaminya namun dia telah terbebas dari emosi-emosi yang tidak nyaman berupa kemarahan, kekesalan dan dendam termasuk emosi-emosi negatif lainnya.
Singkat kata ketika memaafkan artinya dia sudah bisa “berdamai” dengan emosi masa lalu yang tidak nyaman dan “mengikhlaskan”. Hal ini sangat berbeda dengan konteks melupakan, karena melupakan sesungguhnya adalah sebuah proses berusaha menyimpan&menyembunyikan ingatan hal-hal yang tidak ingin disadarinya.

Meminta maaf dan Memaafkan merupakan tindakan yang bisa merubah segala sesuatunya menjadi jauh lebih baik.

Memaafkan merupakan suatu keadaan di mana seseorang sedang menumbuhkan keseimbangan dan rasa nyaman dalam hidupnya.

Memaafkan bukan berarti seseorang tidak mampu membalas perbuatan orang lain yang menyakiti, namun lebih pada mampu mengendalikan emosi dan ego.

Memaafkan merupakan bentuk penerimaan diri seseorang terhadap suatu kondisi yang terjadi dalam hidup.

Terkadang seseorang sakit hati terlalu dalam, bahkan merasa mustahil untuk melupakan dan memaafkan hal tersebut.
Sering seseorang merasa sudah siap untuk move on, namun ternyata sakit hati itu masih sering muncul dan sering mengganggu pikiran.

Apa yang sesungguhnya terjadi ?

Salah satu alasan seseorang sulit memaafkan orang lain adalah karena seseorang tersebut berharap pada orang lain untuk bertindak sesuai dengan keinginannya.
Seringkali keengganan seseorang untuk memaafkan itu justru berasal dari keengganan orang itu sendiri untuk lepas dari sakit hatinya (kebenciaannya).
Tak jarang sesungguhnya seseorang tanpa sadar “menghidupi” kebenciaannya, “menikmati” rasa benci itu menjadi bagian dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga tak menyadari lagi bahwa hal tersebut akan berdampak buruk pada kehidupan mental dan pikirannya.
Tak bisa lagi membedakan bagaimana kebaikan yang seharusnya karena kebencian telah melebur dalam kehidupannya.
“Tidak ada satu pun yang bernilai positif ketika seseorang menyimpan rasa benci.”

Mengapa hal ini terjadi ❓

Karena besarnya kebencian dan pembenaran-pembenaran dalam pikiran maupun keegoan hatinya telah membutakan dan menghilangkan kebahagiaan yang seharusnya lebih penting.

Mengapa saya harus memaafkan dia ❔
Apa alasan Anda bertahan untuk tidak memaafkan❔

  • Memposisikan diri sebagai korban yang dirugikan
  • Menunjukan diri sebagai pihak benar namun menjadi korban
  • Pembenaran wajar bila kemarahan diimbangi dengan tidak memaafkan
  • Bila memaafkan dianggap lemah (tiada berdaya)
  • Bila memaafkan adalah bentuk ketidakmampuan membela hak
  • Sebagai “hukuman/ganjaran” bagi pelaku

Pahami paradigma “state of mind Forgiveness” :

Masa lalu tidak dapat diubah, tidak dapat dilupakan atau dihapus, tetapi hanya bisa diterima sebagai bagian dari kehidupan. Masa lalu adalah masa yang sudah terlewati, untuk itu biarkan masa lalu pergi.

“Saat Anda memaafkan, Anda tidak sedang mengubah masa lalu, tetapi Anda yakin sedang mengubah masa depan.” (Bernard Meltzer)

Barangsiapa tidak pernah melakukan kesalahan (hidup sempurna) maka orang tersebut layak dan pantas untuk tidak memaafkan (mengampuni)…dan sebaliknya.

Memaafkan dan Meminta Maaf (dengan ikhlas) merupakan 2 hal berbeda yang dihasilkan dari suatu reaksi akibat kejadian sebelumnya.
Dua hal ini berdiri masing-masing walaupun berasal dari kejadian yang saling terkait pada waktu yang bersamaan.
Mengapa dua hal ini berdiri masing-masing?

  • Karena aktivitas Memaafkan tidak harus menunggu adanya permintaan maaf
  • Karena aktivitas Memaafkan tidak tergantung dari permintaan maaf
  • Karena aktivitas Memaafkan sesungguhnya adalah sebuah pilihan dan keputusan hati secara pribadi (tanpa melibatkan pihak lain)

Menahan atau menunda memaafkan seperti Anda baru ingin mengeluarkan bisa ular yang sudah terlanjur menjalar 15 menit yang lalu. Meskipun berhasil dikeluarkan namun kerusakan yang ditimbulkan sudah sedemikian parah.

“Pernikahan bahagia adalah penyatuan dari dua orang yang pemaaf.” (Robert Quillen)

Apa yang harus dilakukan ?

✔ Menghilangkan RASA BENCI.
✔ Ikhlaskan “rasa sakit” di masa lalu
✔ Memaafkan karena Anda ingin bahagia
✔ “Berdamai” dengan kesalahan kehidupan masa lalu
✔ Minta bantuan Psikolog professional untuk membantu Anda “me-release” rasa benci itu pada level sadar maupun level pikiran bawah sadar demi sehat mental dan pikiran Anda

Ratna Sari S.Psi.,M.Psi.Psikolog
Founder ERTAMENTARI Psikolog Surabaya
Clinical Psychologyst
📲 081231.767999